Lewati ke konten utama

Senior Disaster Management Training

TENTANG PELATIHAN KEPEMIMPINAN DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Pelatihan kepemimpinan dalam penanggulangan bencana, patut diawali dengan sebuah kesadaran dan refleksi bahwa manajemen penanggulangan bencana dan kebutuhan seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang kuat (strong leadership) harus mengasamampukan menjawab tantangan tren bencana Indonesia yang terus menunjukan peningkatan dari waktu ke waktu, dan akan terus mengiringi pada setiap kehidupan manusia dimuka bumi pertiwi ini. Bahwa akan selalu ada potensi bahaya hingga ancaman bencana dari situasi local dan global yang tidak pasti (uncertainty) yang akan selalu mengikuti perjalanan kehidupan setiap individu, keluarga, organisasi dan masyarakat.
Badan Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana atau United Nation Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) pada tahun 2022, telah merilis bahwa dalam kurun waktu tahun 2000-2019 lebih dari 4 milyar orang terdampak 7.348 bencana secara global dan tercatat 1,23 juta orang hilang dan kerugian ekonomi mencapai 2,97 triliun dollar. Angka tersebut belum termasuk korban jiwa akibat Covid-19. Data tersebut menujukkan kepada semua bahwa ancaman bencana adalah suatu keniscayaan dan nyata. Dari kondisi itu, memunculkan pertanyaan sudah siapkah kita atas kondisi nyata tersebut. Bagaimana kesiapan kita aparatur penyelenggaran penanggulangan bencana, atau bagaimana dengan pengetahuan, kesiapan, sikap dan kemampuan struktur social dan kapasitas masyarakat untuk menghadapi, menghindari hingga mengatasi ancaman bencana yang nyata.
Inisiasi atas lahirnya Undang-Undang Nomor. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, sejatinya harus dapat diartikan sebagai upaya pemerintah bersama masyarakat membangun perilaku kesiapsiagaan (preparedness) dan budaya siap siaga (readiness) menghadapi ancaman dan dampak bencana. Atau dengan kata lain, hakekat yang terkandung dalam UU PB adalah upaya mewujudkan pengurangan risiko bencana dari tanggungjawab dan peran serta pemerintah bersama seluruh stakeholder penanggulangan bencana meminimalisir korban jiwa dan kerugian yang pada masyarakat.
Menurut The World Risk Index 2021, Indonesia berada pada peringkat 38 dari 181 negara dengan tingkat kerawanan bencana tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa kejadian bencana di Indonesia terus menunjukkan peningkatan sejak tahun 2020. Pada tahun 2022, UNDRR mengeluarkan Global Assesment Report on Disaster Risk Reduction, bahwa tren bencana dari tahun ke tahun sangat tinggi, yang dalam rentang tahin 2000-2020, peristiwa bencana berkisar antara 350-500 per tahun. UNDRR telah memproyeksikan bahwa jika tren ini terus berlanjut, maka jumlah bencana secara global akan meningkat rata-rata 400-560 pada tahun 2030. Selain itu The Lancet Countdown on Heath and Climate Change, juga mengeluarkan haasil risetnya tentang dampak perubahan iklim yang harus diwaspadai karena efeknya yang cukup parah.
Dari tren global dan nasional, ancaman bencana dapat menimbulkan banyak korban di masa mendatang. Banyak atau tidaknya korban bencana dan kerusakan yang terjadi salah satunya bergantung pada seberapa tanggap, tangkas dan tangguh organisasi kebencanaan dalam merespon sebuah risiko, situasi krisis hingga dampak bencana. Pada titik ini, peran manajemen dan pemimpin organisasi kebencanaan punya peran penting dan strategis. Dalam situasi ini, menjadi tugas berat dan tantangan seorang pemimpin. Kesigapan, kecepatan dalam pengambilan keputusan, memerlukan kemampuan komunikasi dan koordinasi dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin dalam penanggulangan bencana perlu menyesuaikan komunikasi dan langkah koordinasi. Terdapat dua komunikasi pada fase penanggulangan bencana, yaitu komunikasi risiko dan komunikasi krisis. Komunikasi risiko disampaikan kepada para pihak hingga masyarakat tentang pengetahuan dan tahapan untuk menghadapi potensi bahwa dan ancaman bencana secara real time terkait situasi yang akan dihadapi, sehingga dapat melakukan langkah antisipasi risiko yang datang. Sedangkan komunikasi krisis adalah bagaimana seorang pemimpin mampu, cepat dan tepat menyampaikan pesan krisis atau kedaruratan kepada para pihak yang berkepentingan maupun masyarakat sebagai potensi korban terdampak. Seorang pemimpin dalam penanggulangan bencana, juga dituntut memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mendukung interaksi dengan berbagai pihak, dimana dalam keadaan darurat bencana, akan banyak organisasi dan komunitas yang terlibat membantu penanganan bencana. Kehadiran pemimpin pada situasi tersebut, dibutuhkan agar organisasi yang terlibat dapat bekerja sama berdasarkan perencanaan operasi penanganan darurat bencana. Peran ini lah yang juga harus diisi oleh pemimpin dalam penanggulangan bencana.
Berdasarkan data-data dan prediksi secara global, Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin sebagai bagian agar manajemen dapat berjalan sesuai sistem dan mekanisme kerja dalam penanggulangan bencana. Indonesia membutuhkan kehadiran pemimpin yang memiliki kesadaran terdapat potensi bahaya dan ancaman bencana disekitarnya. Pemimpin dalam penanggulangan bencana harus memiliki pemikiran inovatif dan pendekatan kemanusiaan yang mumpuni dalam mengatasi persoalan bencana dan seorang pemimpin penanggulangan bencana harus meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan adaptif terhadap berbagai situasi. Disaster preparedness, whetger it’s in anticipation of potential weather, related incident or terrorist incidents requires a skill set that in my mind someone has to be trained for. – Bennie Thompson.
Dalam perspektif sistemik, pemimpin perlu membangun sebuah sistem yang dapat meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana, membangun kesadaran pentingnya tindakan pencegahan yang harus dilakukan setiap individu hingga institusi. Komunikasi seorang pemimpin menjadi pondasi penting agar public dapat mengakses informasi kebencanaan dan bagaimana mengantisipasi potensi bahaya dan ancaman bencana. Berbagai peristiwa bencana di Indonesia harus menjadi wakeup call bagi para pemimpin untuk lebih sadar akan mitigasi bencana dan tindakan yang harus dilakukan sebagai langkah antisipasi.

Pelatihan kepemimpinan dalam penanggulangan bencana atau Senior Disaster Management Training (SDMT) yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, berupaya menghasilkan pemimpin dengan kepemimpinan yang kuat (strong leaderhip) dalam tata kelola dan kemampuan untuk melaksana manajemen penanggulangan bencana berbasis pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai seorang pemimpin dalam penanggulangan bencana sebagai kebutuhan. Manajemen kepemimpinan dalam penanggulangan bencana adalah bagaimana pemimpin mampu menjalankan tugas strategis yang berkaitan manajemen krisis mulai dari proses analisis, perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengendalian hingga evaluasi pada seluruh fase penanggulangan bencana. Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki dan resiliensi yang menjadi sifat paling pentint dalam konteks kebencanaan, terlebih tanggungjawab pemimpin dalam manajemen bencana sangat berat, karena mereka mempunyai tugas untuk meminimalisir dampak bencana, menyampaikan kabar baik dan harapan terhadap korban bencana serta memutuskan kebijakan yang tepat ditengah keterbatasan informasi dan ketidakpastian situasi (Ramos-Pla, et.al. 2021). Penelitian tersebut, diperkuat dengan pernyataan “we cannot stop natural disasters, but we can arm ourselves with knowledge. So many lives wouldn’t have to be lost if ther was enough disaster preparedness”. Petra Nemcova.
Manajemen dan kepemimpinan dalam penanggulangan bencana memegang peranan penting dalam proses mitigasi dan kesiapsiagaan. Pemimpin adalah kunci, pemimpin sebagai poros. Pemimpin adalah dirigen yang mengorkestrasi, mengatur kegiatan dan tindakan dalam menyelesaikan pemasalahan penanggulangan bencana, yang dimulai pemahanan terhadap risiko bahaya, tindakan pencegahan, tindakan mitigasi, hingga memimpin dan sebagai komando saat keadaan darurat bencana. Kemampuan dalam menangkap sebuah persoalan dan kecakapan serta kecepatan mengatasi persoalan memiliki treatment yang berbeda dan komunikasi yang dilakukan.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan karakter masing-masing daerah dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan keberadaan pemimpin local dan organisasi penanggualangan bencana. Kapasitas pemimpin local sebagai penggerak dan berperan besar karena pengetahuan yang luas terhadap kondisi wilayahnya. Pemimpin harus menjadi leading actor dalam penanganan bencana di daerahnya. Pemimpin local memiliki kelebihan pada aspek tersebut dan BNPB terus menguatkan kapasitas pemimpin setiap daerah.
Pelatihan kepemimpinan dalam penanggulangan bencana berupaya menumbuhkan self awareness dan membangun kapasitas individu mulai dari pengetahuan sistem penanggulangan bencana, memahami risiko bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga menangani keadaan darurat bencana sesuai terminology manajemen krisis atau kedaruratan sampai dengan keberlanjutan program rehabilitasi dan rekonstruksi. Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan support sesuai kebutuhan daerah dan membuka ruang bagi pemimpin baik pada tataran pusat dan daerah untuk memimpin orkestrasi penanggulangan bencana. Pemimpin penanggulangan bencana harus membangun kesadaran kolektif, sinergi dan kolaborasi untuk menyelesaikan berbagai persoalan penanggulangan bencana.
Secara prinsip, melalui pelatihan ini setiap pemimpin harus memiliki kesadaran akan bahaya bencana. Kebijakan mitigasi dari hulu ke hilir membutuhkan sinergitas institusi dan kepemimpinan. Hadirnya pemimpin dalam penanggulangan bencana, memiliki peran penting agar program dan kebijakan berjalan harmonis antar berbagai institusi baik pada pre-crisis, crisis, post-crisis. Dan apabila setiap pemimpin memiliki kepemimpinan yang kuat dan berpola pikir pengurangan risiko bencana dan kolaborasi mitigasi bencana, menuju Indonesia tangguh bencana bukan hal yang mustahil untuk dicapai. Indonesia pasti bisa menjadi Indonesia tangguh bencana 2045.

Pelatihan ini dengan metode blended learning dengan total 80 JP selama 10 hari, berkedudukan di tempat masing masing siswa (online) dan di Kampus Pusdiklat PB di Ina DRTG Sentul Bogor (offline)

Persyaratan Siswa Kursus :

- Calon Peserta ialah Kalaksa BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota Se-Indonesia
- Calon Peserta ialah OPD terkait Penanggulangan Bencana tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota Se-Indonesia
- Melakukan Pembayaran @Rp. XXXXXXXX (tunggu info lanjut)
(Bank BRI No. Rek : 032901004265303)
- Usai Pembayaran mengisi biodata : https://bit.ly/reg_smt_A1_24
- Bergabung dalam WAG Peserta : https://bit.ly/SDMT_A124 (informasi lanjut)
- Membuat akun elarning ini untuk dapat ikuti secara learning management system
- Quota Siswa/Peserta maksimal 40 orang (biodata peserta otomatis akan tertutup)

Fasilitas :

- Akun elearning.bnpb.go.id
- Para Pengajar dengan pengalaman Kebencanaan
- Sapras Kampus Pusdiklat PB, Ina DRTG Sentul Bogor
- Sertifikat